A. Pengertian
Just In Time (JIT)
Sistem produksi
tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen
fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada
prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang
diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen.
Konsep just in time
adalah suatu konsep dimana bahan baku yang digunakan untuk aktivitas produksi
didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan
oleh proses produksi , sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya
persediaan barang / penyimpanan barang / stockingcost.
Just In Time (JIT)
adalah filofosi manufakturing untuk menghilangkan pemborosan waktu
dalam total prosesnya mulai dari proses pembelian sampai proses
distribusi. Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste)
sebagai: " Segala sesuatu yang berlebih, di luar kebutuhan minimum atas
peralatan, bahan, komponen, tempat dan waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk
proses nilai tambah suatu produk. Kemudian diperoleh rumusan yang lebih
sederhana, pengertian pemborosan: " Kalau sesuatu tidak memberi nilai
tambah itulah pemborosan.
7 (tujuh) jenis pemborosan disebabkan karena:
- Over produksi
- Waktu menunggu
- Transportasi
- Pemrosesan
- Tingkat persediaan
barang- Gerak
- Cacat Produksi
B. Konsep Dasar Just In
Time
Konsep dasar JIT adalah
sistem produksi Toyota, yaitu suatu metode untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan permintaan, dengan cara membuat
semua proses dapat menghasilkan produk ynag diperlukan, pada waktu yang
diperlukan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam sistem
pengendalian produksi yang biasa, syarat di atas dipenuhi dengan mengeluarkan
berbagai jadwal produksi pada semua proses, baik itu pada proses manufaktur
suku cadang maupun pada lini rakit akhir. Proses manufaktur suku cadang
menghasilkan suku cadang yang sesuai dengan jadwal, dengan menggunakan sistem
dorong, artinya proses sebelumnya memasok suku cadang pada proses berikutnya.
Terdapat empat konsep
pokok yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just In Time (JIT):
-
Produksi Just In Time (JIT), adalah
memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat dibutuhkan dan dalam
jumlah yang diperlukan.
-
Autonomasi merupaka
suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak memungkinkan
unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
-
Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah
mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan.
-
Berpikir kreatif dan menampung
saran-saran karyawan.
Guna mencapai empat
konsep ini maka diterapkan sistem dan metode sebagai berikut:
-
Sistem kanban untuk
mempertahankan produksi Just In Time (JIT).
-
Metode pelancaran produksi untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan permintaan.
-
Penyingkatan waktu penyiapan untuk
mengurangi waktu pesanan produksi.
-
Tata letak proses dan pekerja fungsi
ganda untuk konsep tenaga kerja yang fleksibel.
-
Aktivitas perbaikan lewat kelompok kecil
dan sistem saran untuk meningkatkan moril tenaga kerja.
-
Sistem manajemen fungsional
untuk mempromosikan pengendalian mutu ke seluruh bagian perusahaan.
C. Elemen-elemen Just
In Time
-
Pengurangan waktu set up
-
Aliran produksi lancar (layout)
-
Produksi tanpa kerusakan mesin
-
Produksi tanpa cacat
-
Peranan operator
-
Hubungan yang harmonis dengan pemasok
-
Penjadwalan produksi stabil dan
terkendali
-
Sistem kanban
-
Pengurangan waktu set up dan ukuran lot
a.
Pemilihan kegiatan set up
Kegiatan set up bisa
dipilih menjadi :
-
Kegiatan eksternal set up: Persiapan
cetakan dan alat bantu, pemindahan cetakan dll.
-
Kegiatan internal set up: Bongkar pasang
pada mesin, penyetelan mesin dll.
b.
Langkah mengurangi waktu set up:
-
Memisahkan pekerjaan set up yang harus
diselesaikan selagi mesin berhenti (internal set up) terhadap pekerjaan yang
dapat dikerjakan selagi mesin beroprasi (eksternal set up).
-
Mengurangi internal set up dengan
mengerjakan lebih banyak eksternal set up, contohnya: Persiapan cetakan,
pemindahan cetakan, peralatan dll.
-
Mengurangi internal set up dengan
mengurangi kegiatan penyesuaian (adjustment), menyederhanakan alat bantu dan
kegiatan bongkar pasang, menambah personil pembantu dll.
-
Mengurangi total waktu untuk seluruh
pekerjaan set up, baik internal maupun eksternal.
Contoh:
Jika set up mesin
lamanya 1 jam (60 menit), bisa disingkat menjadi 6 menit. Andaikata lot yang
harus dibuat banyaknya 3000 buah yang setiap unitnya memakan waktu 1 menit,
maka waktu produksinya =1 jam + (3000 x 1 menit)= 3060 menit= 51 jam.
Setelan waktu set up
dikurangi menjadi 6 menit, maka waktu produksinya menjadi= 6 menit + (3000 x 1
menit)= 3006 menit.
Namun, dengan waktu
yang sama (3060 menit) dapat dibuat lot sebanyak 300 buah dari berbagai jenis
yang diulang sebanyak 10 kali, yaitu: (6 menit + (300 x 1 menit) x 10=
3060 menit= 51 jam.
Hal ini berarti sistem
produksi lebih tanggap terhadap perubahan.
Aliran produksi lancar
(layout)
a.
Pemborosan yang berkaitan dengan proses
Layout
Pada
layout proses ditemukan berbagai pemborosan, yaitu:
o
Kesulitan koordinasi dan jadwal produksi
o
Pemborosan transportasi dan material
handling
o
Akumulasi persediaan dalam proses
o
Penanganan material berganda bahkan
beberapa kali
o
Lead time produksi yang sangat
panjang
o
Kesulitan mengenali penyebab cacat
produksi
o
Arus material dan prosedur kerja sulit
dibakukan
o
Sulitnya perbaikan kerja karena tidak
ada standardisasi
b.
Menuju ke Product Layout
c.
Aliran produksi
-
Proses layout. Waktu simpan komponen
lama, tingkat persediaan tinggi dan prioritas kerja sulit ditentukan.
-
Ketidakseimbangan jalur. Jika proses
tidak terkoordinir maka komponen akan terakumulasi sebagai persediaan dan
pengaturan kerja akan sulit dilakukan
-
Set up/ penggantian alat yang makan
waktu. Persediaan komponen akan menumpuk, sementara proses berikutnya akan
tertunda
-
Kerusakan dan gangguan mesin. Jalur akan
berhenti dan akan terjadi penumpukan barang dalam proses
-
Masalah kualitas. Kalau cacat produksi
ditemukan, maka proses selanjutnya akan berhenti dan persediaan akan menumpuk
-
Absensi. Jika seorang operator ada yang
berhalangan kerja dan penggantinya sulit ditemukan, maka jalur produksi akan
terhenti.
Produksi tanpa kerusakan mesin
a.
Preventive Maintenance
Pendekatan untuk
mencegah kerusakan dan gangguan mesin
Faktor penyebab
gangguan mesin
Gangguan mesin dan
penanggulannya
b.
Total Productive Maintenance
-
Belajar bagaimana melakukan pemeliharaan
rutin mesin, misalnya: Pelumasan, pengencangan baut dan sebagainya. Guna
mencegah penurunan daya kerja mesin
-
Melaksanakan petunjuk penggunaan mesin
secara wajar
-
Mengembangkan kesadaran dan kewaspadaan
terhadap tanda-tanda awal penurunan kemampuan mesin, dengan melakukan perawatan
yang mudah, pembersihan, penyetelan dll
Sementara karyawan
bagian pemeliharaan, bisa melakukan antara lain:
-
Membantu operator produksi mempelajari
kegiatan perawatan yang dapat dilakukan sendiri
-
Memperbaiki penurunan kemampuan
peralatan melalui inspeksi berkala, bongkar pasang dan penyesuaian/penyetelan
kembali
-
Menentukan kelemahan dalam rancang
bangun mesin, merencanakan dan melakukan tindakan perbaikan, menentukan kondisi
wajar operasi mesin
-
Membantu operator menaikkan kemampuan
perawatan dll
Keuntungan dan kelemahan sistem JIT
·
Keuntungan JIT
- seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat
berjalan lebih efisien
- Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit
untuk memperkerjakan para staffnya.
- Barang produksi tidak harus selalu di cek,
disimpan atau diretur kembali.
- kertas kerja dapat lebih simple
- Penghematan yang telah di lakukan dapat
digunakan untuk mendapat profit yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan
promosi tambahan.
·
Kelemahan JIT
satu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan
order ditentukan oleh data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi
dari rata-rata perencanaan historis maka inventori akan habis dan akan
mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.
Perbedaan Sistem JIT dan Sistem Tradisional
Perbandingan Sistem Manajemen JIT dan
Tradisional
JIT
|
TRADISIONAL
|
1. Sistem tarikan
2. Persediaan tidak signifikan
3. Basis pemasok sedikit
4. Kontrak jangka panjang dengan pemasok
5. Pemanufakturan berstruktur seluler
6. Karyawan berkeahlian ganda
7. Jasa terdesentralisasi
8. Keterlibatan karyawan tinggi
9. Gaya manajemen sebagai penyedia fasilitas
10. Total quality control (TQC)
|
1. Sistem dorongan
2. Persediaan signifikan
3. Basis pemasok banyak
4. Kontrak jangka pendek dengan pemasok
5. Pemanufakturan berstruktur departemen
6. Karyawan terspesialisasi
7. Jasa tersentralisasi
8. Keterlibatan karyawan rendah
9. Gaya manajemen sebagai pemberi perintah
10.Acceptable quality level (AQL)
|
1. Sistem tarikan dibanding sistem dorongan
Sistem tarikan adalah system penentuan
aktivitas-aktivitas berdasar atas permintaan konsumen, baik konsumen internal
maupun konsumen eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan
permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas produksi,
dan aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian.
System dorongan adalah system penentuan
aktivitas-aktivitas berdasar dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya. Pembelian
bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas
produksi mendorong aktivitas penjualan.
2. Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan
signifikan
Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat
mengurangi persediaan menjadi tidak signifikan atau sangat sedikit dan bahkan
mencita-citakan nol. Sebaliknya, dalam system tradisional, karena menggunakan
system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan sebagai akibat jumlah bahan
yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang diproduksi melebihi
permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan penyangga. Persediaan penyangga
diperlukan jika permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan
yang digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli.
3. Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok
banyak
JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah
sedikit untuk mengurangi atau mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai
tambah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga murah. Sedangkan
system tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh harga yang murah
dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-aktivitas tidak bernilai
tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus dibeli bahan dalam
jumlah yang banyak atau mungkin dengan mutu yang rendah.
4. Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka
pendek
JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan
beberapa pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan
sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok bahan berharga murah, bermutu
tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah serta dapat
mengurangi frekuensi pemesanan. Sedangkan tradisional menerapkan
kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga
murah harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya rendah.
5. Struktur seluler dibanding struktur departemen
Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan
mesin-mesin dalam satu keluarga, biasanya kedalam struktur semilingkaran atau
huruf “U” sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk melakukan pengolahan
satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan. Setiap sel
pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di dalam pabrik.
Penggunaan struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu, dan biaya
yang tidak bernilai tambah. Sedangkan struktur departemen dalam system
departemen adalah struktur pengolahan produk melalui beberapa departemen
produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan beberapa departemen
jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi. Akibatnya struktur departemen
menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu dan biaya-biaya tidak bernilai
tambah dalam jumlah besar.
6. Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan
terspesialisasi
System JIT yang menggunakan system tarikan waktu
“bebas” harus digunakan oleh karyawan struktur seluler untuk berlatih agar
berkeahlian ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan dalam bidang-bidang jasa
tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup, inspeksi mutu.
Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi berdasarkan
departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi atau departemen jasa.
Karyawan pada departemen jasa terspesialisasi pada aktivitas penangan bahan,
listrik, reparasi, dan pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi
terspesialisasi pada aktivitas pencampuran, peleburan, pencetakan, perakitan,
dan penyempurnaan.
7. Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi
System tradisional mendasarkan pada system
spesialisasi sehingga jasa tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa.
Sedangkan pada system JIT jasa terdesentralisasi pada masing-masing struktur
seluler, para karyawan selain selain ditugaskan untuk berproduksi tapi juga
harus ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi si
struktur selulernya.
8. Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan
rendah
Dalam system tradisional, keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan relative rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan
perintah atasan. Sedangkan dalam system JIT manajemen harus dapat memberdayakan
para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau member peluang pada mereka
untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut pandangan JIT,
peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat meningkatkan
produktviitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh. Para karyawan dimungkinkan
untuk membuat keputusan mengenai bagaimana pabrik beroperasi.
9. Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi
perintah
System tradisional umumnya menggunakan gaya
manajemen sebagai atasan karena fungsi utamanya adalah memerintah para
karyawannya untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada system JIT memerlukan
keterlibatan karyawan sehingga mereka dapt diberdayakan, maka gaya maanjemen
yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai pemberi perintah.
10. TQC dibanding AQL
TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah
pendekatan pengendalian mutu yang mencakup seluruh usaha secara berkesinambungan
dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar tercapai kerusakan nol atau
bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari karena dapat
mengakibatkan penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen.
AQL (Accepted Quality Level) dalam system tradisional
adalah pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan atau mencadangkan
terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat kerusakan yang telah
ditentukan sebelumnya.
2.5 JIT Pembelian
Pembelian JIT adalah system pembelian barang
berdasar tarikan permintaan sehingga barang yang dibeli dapat diterima tepat
waktu, tepat jumlah, bermutu tinggi dan berharga murah. Berdasar system
tarikan, barang yang diterma dari pembelian segera digunakan untuk memenuhi
permintaan pembeli pada perusahaan dagang atau segera digunakan untuk memeniuhi
permintaan produksi pada perusahaan manufaktur. Dengan demikian barang tersebut
tidak perlu disimpan di gudang sehingga tercapai persediaan nol.
JIT pembelian dapat mengurangi waktu dan biaya
yang berhubungan dengan aktifitas pembelian dengan cara :
·
Mengurangi jumlah
pemasok
Bagi suatu perusahaan pengurangan jumlah pemasok
dapat mengurangi waktu dan biaya bernegosiasi dengan para pemasok.
·
Mengurangi atau
mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
Pengurangan waktu dan biaya bernegosiasi dapat
dilakukan karena:
·
Jumlah pemasok menjadi
sangat sedikit
·
Kontrak pembelian jangka
panjang dengan para pemasok JIT
·
Memiliki konsumen dengan
program pembelian yang mapan
o Rencana pembelian yang matang adapat memberikan informasi
kepada para pemasok mengenai persyaratan mutu dan penyerahan barang.
o Mengeliminasi aktifitas dan biaya yang tidak
bernilai tambah
o Dilakukan dengan penyediaan container yang
terpasang di pabrik.
o Mengurangi waktu dan biaya untuk program
pemeriksaan mutu
o Pemilihan pemasok yang dapat menjamin ketepatan
waktu, jumlah, dan mutu barang yang dibeli dapat mengurangi waktu dan biaya
untuk pemeriksaan mutu.
2.6 JIT Produksi
Produksi JIT adalah system produksi berdasar
tarikan permintaan sehingga produk dapat diproduksi tepat waktu, jumlah, dan
bermutu tinggi dengan biaya rendah. Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan
biaya produksi dengan cara :
1. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses
2. Mengurangi atau meniadakan “LEAD TIME” (waktu
tunggu)
3. Mengurangi atau meniadakan “setup”
4. Menyederhanakan pengolahan produk
2.7 Manufacturing Cycle Efficience ( MCE )
Untuk mengukur apakah biaya yang tidak bernilai
tambah telah dapat dihilangkan atau diminimumkan pada setiap tahap produksi,
maka perlu dihitung efisiensi siklus manufacturing (MCE).
Persamaan MCE adalah :
MCE = waktu
proses X 100%
Waktu tenggang
Waktu tenggang = Waktu proses +
Waktu inspeksi + Waktu gerak + Waktu Tunggu +
Waktu Antri
Besaran MCE adalah : 0 < MCE ≤ 1, artinya MCE
lebih besar dari nol dan lebih kecil atau sama dengan satu. Jika waktu tidak
bernilai tambah semakin mendekati nol maka besaran MCE akan semakin mendekati
satu yang berarti semakin efisien, begitupun sebaliknya. Pada beberapa
perusahaan manufacturing, MCE umumnya ± 10 %. Perusahaan manufacturing yang
efisien MCE idealnya adalah 100%, artinya tingkat pemborosan pada setiap tahap
produksi adalah 0%.
2.8 CONTOH KASUS
Soal 1.
Manajemen PT. Apa Aja Boleh ingin
mengurangi waktu antara pesanan datang dari konsumen dan ketika pesanan
dikirimkan . Untuk operasi kuartal pertama tahun 2010 , datanya adalah
berikut ini :
. Hari
Waktu inspeksi
0,6
Waktu tunggu( sejak pesanan datang sampai permulaan
produksi) 28,0
Waktu proses
5,4
Move time 2,0
Waktu
antri
10,0
Diminta :
1. Hitunglah throughput time!
2. Hitunglah MCE untuk kuartal tersebut diatas!
3. Analisa !
Jawab ;
1. Throughput Time = Waktu Proses + Waktu
Inspeksi + Waktu Tunggu + Waktu Gerak
+ Waktu Antri.
Throughput Time = 5.4 + 0.6 + 28.0 + 2.0 + 10.0
= 46
1. MCE = Waktu Proses / Waktu Tenggang
MCE = 5.4 / 46 x 100%
= 11.7 %
1. Analisa ; Maka besaran MCE mendekati 0 yang
berarti tidak efisien.
Soal 2.
Manajemen PT. Suka-Suka Kamu ingin mengurangi
waktu antara pesanan datang dari konsumen dan ketika pesanan dikirimkan .
Untuk operasi kuartal pertama tahun 2010 , datanya adalah berikut ini :
. Hari
Waktu
inspeksi
0.8
Waktu tunggu( sejak pesanan datang sampai
permulaan produksi)
3
Waktu proses
6
Move
time
1.2
Waktu
antri
1
Diminta :
1. Hitunglah throughput time!
2. Hitunglah MCE untuk kuartal tersebut diatas!
3. Analisa !
Jawab ;
1. Throughput Time = Waktu Proses + Waktu
Inspeksi + Waktu Tunggu + Waktu Gerak
+ Waktu Antri.
Throughput Time = 6 + 0.8 + 2 + 1.2 + 1
= 11
1. MCE = Waktu Proses / Waktu Tenggang
MCE = 6 / 11 x 100%
= 54.5 %
1. Analisa : Maka besaran MCE mendekati 1 yang
berarti efisien.
Perusahaan
yang menerapkan Just In Time (JIT)
Just In Time adalah
suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya,
termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas
dibutuhkan. Semua bahan baku dan komponen sebaiknya tiba tepat waktu di lokasi
kerja pada saat dibutuhkan. Produk sebaiknya diselesaikan dan tersedia tepat
waktu bagi pelanggan disaat pelanggan menginginkannya bukan berdasarkan
persediaan yang diantisipasi. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan persediaan
yang ada sehingga dapat mengeliminasikan biaya penyimpanan serta sekaligus
mengeliminasi perlindungan atas kesalahan produksi dan ketidakseimbangan yang diberikan
oleh persediaan sehingga dapat mengurangi pemborosan. JIT juga memperhatikan
keseluruhan system produksi sehingga komponen yang bebas dari cacat dapat
disediakan untuk tingkat produksi selanjutnya tepat ketika mereka dibutuhkan,
tidak terlambat dan tidak terlalu cepat.
PT Astra Honda Motor
telah menggunakan JIT untuk operasi perusahaan sejak tahun 1980. Bayangkan jika
perusahaan otomotif besar seperti PT AHM yang memiliki biaya produksi yang
tinggi, daerah pemasaran yang luas, dan konsumen yang banyak tidak menggunakan
Sistem JIT, maka akan terjadi banyak pemborosan. PT AHM dapat menerapkan Sistem
JIT lebih maksimal karena dibantu dengan adanya perkembangan teknologi
informasi disetiap jalur yang akan melakukan proses perencanaan, produksi,
pemasaran, dan pengawasan. Sasaran implementasi JIT yang dilakukan PT AHM
yaitu:
1. Persediaan
Sasaran utama dalam
penerapan Sistem JIT adalah untuk meminimalisasi persediaan. Dengan adanya
persediaan maka akan dibutuhkannya pengeluaran berupa biaya penyimpanan. PT AHM
telah berhasil untuk meminimalisasi persediaan yang dimiliki. Kelebihan
produksi tidak akan terjadi karena produksi dilakukan berdasarkan permintaan
dari pembeli atau pemasok bukan berdasarkan permintaan yang diantisipasi.
Produksi yang dilakukan PT AHM berdasarkan informasi dari bagian pemasaran yang
menggunakan Enterprise Resource Plannning (ERP) sehingga didapatkan data yang
tepat mengenai berapa banyak produk yang akan diproduksi untuk periode
selanjutnya dimana setiap hasil produksi langsung disalurkan ke pemasok sehingga
meminimalisasi bahkan meniadakan jumlah hasil produksi yang tertahan di gudang
persediaan barang jadi dan tentunya akan mengatasi pemborosan.
Apabila terjadi
kelebihan produksi maka tentunya kita akan mengeluarkan biaya penyimpanan dan
biaya antisipasi jika barang tersebut ternyata tidak laku dijual kemudian
mengalami kerusakan karena terlalu lama disimpan di gudang.
Pesanan untuk pembelian
suku cadang dilakukan dengan online sedangkan pemesanan sepeda motor dilakukan
melalui faksmili/telepon. Ketika ada pesanan PT AHM akan memasok bahan baku
dari vendor yang dilakukan tepat waktu,jadi ketika bahan baku sampai maka akan
langsung diproses dan setelah jadi maka akan langsung dikirimkan ke main
dealer. Hal ini terbukti sangat ampuh untuk mengurangi persediaan atau over
produksi.
2. Waktu
Siklus
PT AHM berhasil
memangkas pemrosesan menjadi lebih efisien karena proses produksi dilakukan
dalam satu lot. PT AHM memproduksi 1 unit motor dalam waktu 13 menit. Produksi
dilakukan dengan mesin sehingga tenaga manusia dialihkan untuk mengawasi dan
menganalisis jalannya produksi. Sistem JIT telah memangkas waktu tunggu dan
membuat setiap aliran produk menjadi lebih efisien Waktu menunggu terjadi
akibat pengaruh kecepatan produksi yang ditentukan misalnya oleh kuota produksi
suatu mesin.
Pada PT AHM produksi
dilaksanakan dengan seefisien mungkin dan waktu menunggu bahkan tidak ada.
Untuk memproduksi satu unit produk hanya membutuhkan waktu 13 menit. Hal ini
bisa terjadi karena kemampuan teknologi yang dipakai PT AHM dalam proses
produksi. Kemudian dapat disalurkan langsung ke main dealer sesuai dengan
pesanan.
Maka dengan dukungan teknologi dan sumber daya yang dimiliki maka tidak akan
menimbulkan waktu menunnggu karena semua rangkaian produksi berdasarkan
perhitungan yang tepat. Semakin tinggi kecepatan produksi suatu perusahaan maka
semakin kecil pula waktu menunggu untuk suatu produk mengalami proses
selanjutnya, begitupun sebaliknya.
3. Perbaikan
yang berkesinambungan
PT AHM bisa berkembang
dengan pesat karena adanya perbaikan yang berkesinambungan. Kinerja operasional
diukur di tiap-tiap bagian dengan mengaplikasikan Bussines Intelligent,
software dari Cognos. Pengambilan keputusan atas laporan perkembangan yang
berasal dari database akan lebih mudah karena telah terintegrasi dengan sistem
yang dimiliki para pengambil keputusan. Pemantauan terjadinya barang cacat dan
sejauh mana tahapan produksi yang telah dilalui oleh bahan baku akan lebih
mudah terpantau karena setiap bahan baku telah terpasang Bar Code Text. Sistem
komputerisasi yang dimiliki PT AHM akan dapat mendeteksi barang cacat sehingga
akan segera dilakukan perbaikan terhadap penyebab terjadinya barang cacat dan
barang cacat tersebut tidak akan melewati tahapan selanjutnya sehingga tidak
ada barang cacat yang akan melewati tahapan selanjutnya. Adanya produk gagal
atau barang cacat adalah salah satu bentuk pemborosan terbesar yang dilakukan
oleh perusahaan manufaktur. Apabila barang cacat diketahui terlebih dahulu maka
kerugian yang lebih besar dapat dihindari dengan menghentikan produksi dan
menemukan penyebabnya serta mencari solusi yang tepat. Perusahaan akan
mengeluarkan biaya yang sangat besar apabila barang cacat tersebut tidak
terdeteksi selama produksi sehingga sampai ke tangan konsumen dan baru diketahui
ketika ada keluhan. Mau tidak mau perusahaan harus menarik/mengganti produk
tersebut sehingga dapat dibayangkan besarnya kerugian yang akan dialami, belum
lagi citra produk kita di mata konsumen akan merosot dan akan menurunkan
permintaan.
4. Penghapusan
pemborosan
Penghaspusan pemborosan
dapat dilakukan karena PT AHM telah memenuhi kondisi sebagai berikut:
-
Produksi tidak menyisakan persediaan
-
Waktu tunggu minimum, bahkan hampir
tidak ada
-
Minimalisasi biaya terhadap barang
cacat
-
Beban kerja yang seimbang dan merata
-
Tidak ada interupsi karena kehabisan
persediaan dan kualitas buruk,
Ternyata tidak selamanya JIT berdapampak positif. Penerapan JIT pada perusahaan
manufaktur juga akan menimbulkan dampak negatif apabila:
a. Pengiriman
bahan baku terlambat sehingga terganggunya proses produksi
b. Kinerja
manajer dianggap menurun apabila pengambil keputusan tertinggi masih
berorientasi pada Total Quantity Manufacture
c. Sistem
TI sangat berpengaruh pada sistem keseluruhan produksi mengalami kerusakan atau
di hack
Setiap pengambilan
keputusan atas perkembangan perusahaan akan memiliki dua dampak yang berbeda
dan akan menimbulkan opportunity cost. Yang paling penting dalam penerapan JIT
adalah penggunaan persediaan seefisien mungkin dan menghindari pemborosan.