Rabu, 19 Februari 2014

Belajar Economics

SOAL
1.       Jelaskan mengenai monopsony

2.       Jelaskan perbandingan monopoli dan monopsony (gunakan grafik)

3.       Jelaskan mengenai pasar persaingan monopolistic 


4.       Jelaskan bagaimana profit maksimisasi (ekuilibrium) dipasar persaingan monopolistic terjadi dalam jangka pendek dan jangka panjang (gunakan grafik)

Soal-Soal Data Manajemen

SOAL SOAL DATA MANAJEMEN

Pertemuan I

  1. Sebutkan definisi informasi informasi 
  2. Sebutkan definisi teknologi informasi informasi 
  3. Sebutkan definisi manajemen informasi 
  4. Sebutkan perangkat-perangkat teknologi informasi

Pertemuan II

  1. Jelaskan komponen-komponen perangkat keras 
  2. Jelaskan komponen-komponen perangkat lunak 
  3. Jelaskan komponen-komponen perangkat telekomunikasi

Pertemuan III

  1. Jelaskan tentang komponen system basis data
  2. Jelaskan tentang organisasi data dalam file tradisional
  3. Jelaskan tentang pendekatan bisnis data dalam lingkup data manajemen 
  4. Jelaskan tentang system manajemen basis data

Pertemuan IV

  1. Jelaskan tentang proses-proses dalam basis data 
  2. Jelaskan tentang pengambilan data dan pemrosesan data
  3. Jelaskan tentang pemeliharaan data dalam basis data
  4. Jelaskan tentang penyajian informasi dalam basis data

Pertemuan V

  1. Jelaskan tentang bentuk dasar struktur organisasi
  2. Jelaskan struktur organisasi untuk bisnis informasi
  3. Jelaskan tentang mengelola organisasi visual

Pertemuan VI

  1. Jelaskan tentang pengorganisasian divisi pelayanan informasi
  2. Jelaskan tentang perencanaan pemulihan dari bencana
  3. Jelaskan tentang proses backup dan recovery basis data

Pertemuan VII

  1. Jelaskan tentang proses bisnis 
  2. Berikan contoh pemodelan proses bisnis
  3. Jelaskan tentang perbaikan proses bisnis dan IT

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

 A. Pengertian Just In Time (JIT)
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen.
Konsep just in time adalah suatu konsep dimana bahan baku yang digunakan untuk aktivitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi , sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stockingcost.
Just In Time (JIT) adalah filofosi manufakturing untuk menghilangkan pemborosan waktu dalam total prosesnya mulai dari proses pembelian sampai proses distribusi. Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: " Segala sesuatu yang berlebih, di luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat dan waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk. Kemudian diperoleh rumusan yang lebih sederhana, pengertian pemborosan: " Kalau sesuatu tidak memberi nilai tambah itulah pemborosan.

7 (tujuh) jenis pemborosan disebabkan karena:
- Over produksi
- Waktu menunggu
- Transportasi
- Pemrosesan
- Tingkat persediaan barang- Gerak
- Cacat Produksi

B. Konsep Dasar Just In Time 
Konsep dasar JIT adalah sistem produksi Toyota, yaitu suatu metode untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan permintaan, dengan cara membuat semua proses dapat menghasilkan produk ynag diperlukan, pada waktu yang diperlukan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam sistem pengendalian produksi yang biasa, syarat di atas dipenuhi dengan mengeluarkan berbagai jadwal produksi pada semua proses, baik itu pada proses manufaktur suku cadang maupun pada lini rakit akhir. Proses manufaktur suku cadang menghasilkan suku cadang yang sesuai dengan jadwal, dengan menggunakan sistem dorong, artinya proses sebelumnya memasok suku cadang pada proses berikutnya.
Terdapat empat konsep pokok yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just In Time (JIT):
-          Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat dibutuhkan  dan dalam jumlah yang diperlukan.
-          Autonomasi merupaka suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
-          Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan.
-          Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan.
Guna mencapai empat konsep ini maka diterapkan sistem dan metode sebagai berikut:
-          Sistem kanban untuk mempertahankan produksi Just In Time (JIT).
-          Metode pelancaran produksi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan permintaan.
-          Penyingkatan waktu penyiapan untuk mengurangi waktu pesanan produksi.
-          Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang fleksibel.
-          Aktivitas perbaikan lewat kelompok kecil dan sistem saran untuk meningkatkan moril tenaga kerja.
-          Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu ke seluruh bagian perusahaan.
C. Elemen-elemen Just In Time
-          Pengurangan waktu set up
-          Aliran produksi lancar (layout)
-          Produksi tanpa kerusakan mesin
-          Produksi tanpa cacat
-          Peranan operator
-          Hubungan yang harmonis dengan pemasok
-          Penjadwalan produksi stabil dan terkendali
-          Sistem kanban 
-          Pengurangan waktu set up dan ukuran lot

a.       Pemilihan kegiatan set up
Kegiatan set up bisa dipilih menjadi :
-          Kegiatan eksternal set up: Persiapan cetakan dan alat bantu, pemindahan cetakan dll.
-          Kegiatan internal set up: Bongkar pasang pada mesin, penyetelan mesin dll.

b.      Langkah mengurangi waktu set up:
-          Memisahkan pekerjaan set up yang harus diselesaikan selagi mesin berhenti (internal set up) terhadap pekerjaan yang dapat dikerjakan selagi mesin beroprasi (eksternal set up).
-          Mengurangi internal set up dengan mengerjakan lebih banyak eksternal set up, contohnya: Persiapan cetakan, pemindahan cetakan, peralatan dll.
-          Mengurangi internal set up dengan mengurangi kegiatan penyesuaian (adjustment), menyederhanakan alat bantu dan kegiatan bongkar pasang, menambah personil pembantu dll.
-          Mengurangi total waktu untuk seluruh pekerjaan set up, baik internal maupun eksternal.
Contoh:
Jika set up mesin lamanya 1 jam (60 menit), bisa disingkat menjadi 6 menit. Andaikata lot yang harus dibuat banyaknya 3000 buah yang setiap unitnya memakan waktu 1 menit, maka waktu produksinya =1 jam + (3000 x 1 menit)= 3060 menit= 51 jam.
Setelan waktu set up dikurangi menjadi 6 menit, maka waktu produksinya menjadi= 6 menit + (3000 x 1 menit)= 3006 menit.
Namun, dengan waktu yang sama (3060 menit) dapat dibuat lot sebanyak 300 buah dari berbagai jenis yang diulang  sebanyak 10 kali, yaitu: (6 menit + (300 x 1 menit) x 10= 3060 menit= 51 jam.
Hal ini berarti sistem produksi lebih tanggap terhadap perubahan. 
Aliran produksi lancar (layout)
a.       Pemborosan yang berkaitan dengan proses Layout
Pada layout proses ditemukan berbagai pemborosan, yaitu:
o   Kesulitan koordinasi dan jadwal produksi
o   Pemborosan transportasi dan material handling 
o   Akumulasi persediaan dalam proses
o   Penanganan material berganda bahkan beberapa kali
o   Lead time produksi yang sangat panjang 
o   Kesulitan mengenali penyebab cacat produksi
o   Arus material dan prosedur kerja sulit dibakukan 
o   Sulitnya perbaikan kerja karena tidak ada standardisasi
b.      Menuju ke Product Layout

c.       Aliran produksi
-          Proses layout. Waktu simpan komponen lama, tingkat persediaan tinggi dan prioritas kerja sulit ditentukan.
-          Ketidakseimbangan jalur. Jika proses tidak terkoordinir maka komponen akan terakumulasi sebagai persediaan dan pengaturan kerja akan sulit dilakukan 
-          Set up/ penggantian alat yang makan waktu. Persediaan komponen akan menumpuk, sementara proses berikutnya akan tertunda
-          Kerusakan dan gangguan mesin. Jalur akan berhenti dan akan terjadi penumpukan barang dalam proses
-          Masalah kualitas. Kalau cacat produksi ditemukan, maka proses selanjutnya akan berhenti dan persediaan akan menumpuk
-          Absensi. Jika seorang operator ada yang berhalangan kerja dan penggantinya sulit ditemukan, maka jalur produksi akan terhenti.

Produksi tanpa kerusakan mesin
a.       Preventive Maintenance
Pendekatan untuk mencegah kerusakan dan gangguan mesin 
Faktor penyebab gangguan mesin
Gangguan mesin dan penanggulannya
b.      Total Productive Maintenance
-          Belajar bagaimana melakukan pemeliharaan rutin mesin, misalnya: Pelumasan, pengencangan baut dan sebagainya. Guna mencegah penurunan daya kerja mesin
-          Melaksanakan petunjuk penggunaan mesin secara wajar
-          Mengembangkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap tanda-tanda awal penurunan kemampuan mesin, dengan melakukan perawatan yang mudah, pembersihan, penyetelan dll
Sementara karyawan bagian pemeliharaan, bisa melakukan antara lain:
-          Membantu operator produksi mempelajari kegiatan perawatan yang dapat dilakukan sendiri
-          Memperbaiki penurunan kemampuan peralatan melalui inspeksi berkala, bongkar pasang dan penyesuaian/penyetelan kembali
-          Menentukan kelemahan dalam rancang bangun mesin, merencanakan dan melakukan tindakan perbaikan, menentukan kondisi wajar operasi mesin
-          Membantu operator menaikkan kemampuan perawatan dll

Keuntungan dan kelemahan sistem JIT
·         Keuntungan JIT
- seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien
- Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya.
- Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.
- kertas kerja dapat lebih simple
- Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.
·         Kelemahan JIT
satu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.
Perbedaan Sistem JIT dan Sistem Tradisional
Perbandingan Sistem Manajemen JIT dan Tradisional
JIT
TRADISIONAL
1.      Sistem tarikan
2.      Persediaan tidak signifikan
3.      Basis pemasok sedikit
4.      Kontrak jangka panjang dengan pemasok
5.      Pemanufakturan berstruktur seluler
6.      Karyawan berkeahlian ganda
7.      Jasa terdesentralisasi
8.      Keterlibatan karyawan tinggi
9.      Gaya manajemen sebagai penyedia fasilitas
10.  Total quality control (TQC)
1.      Sistem dorongan
2.      Persediaan signifikan
3.      Basis pemasok banyak
4.      Kontrak jangka pendek dengan pemasok
5.      Pemanufakturan berstruktur departemen
6.      Karyawan terspesialisasi
7.      Jasa tersentralisasi
8.      Keterlibatan karyawan rendah
9.      Gaya manajemen sebagai pemberi perintah
10.Acceptable quality level (AQL)
1.      Sistem tarikan dibanding sistem dorongan
Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar atas permintaan konsumen, baik konsumen internal maupun konsumen eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas produksi, dan aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian.
System dorongan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya. Pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas produksi mendorong aktivitas penjualan.
2.      Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikan
Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi persediaan menjadi tidak signifikan atau sangat sedikit dan bahkan mencita-citakan nol. Sebaliknya, dalam system tradisional, karena menggunakan system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan sebagai akibat jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang diproduksi melebihi permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan penyangga. Persediaan penyangga diperlukan jika permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan yang digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli.
3.      Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak
JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk mengurangi atau mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga murah. Sedangkan system tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh harga yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus dibeli bahan dalam jumlah yang banyak atau mungkin dengan mutu yang rendah.
4.      Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek
JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok bahan berharga murah, bermutu tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah serta dapat mengurangi frekuensi pemesanan. Sedangkan tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga murah harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya rendah.
5.      Struktur seluler dibanding struktur departemen
Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam satu keluarga, biasanya kedalam struktur semilingkaran atau huruf “U” sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk melakukan pengolahan satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan. Setiap sel pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di dalam pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu, dan biaya yang tidak bernilai tambah.  Sedangkan struktur departemen dalam system departemen adalah struktur pengolahan produk melalui beberapa departemen produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi. Akibatnya struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu dan biaya-biaya tidak bernilai tambah dalam jumlah besar.
6.      Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi
System JIT yang menggunakan system tarikan waktu “bebas” harus digunakan oleh karyawan struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan dalam bidang-bidang jasa tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup, inspeksi mutu. Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi atau departemen jasa. Karyawan pada departemen jasa terspesialisasi pada aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi terspesialisasi pada aktivitas pencampuran, peleburan, pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan.
7.      Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi
System tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga jasa tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa. Sedangkan pada system JIT jasa terdesentralisasi pada masing-masing struktur seluler, para karyawan selain selain ditugaskan untuk berproduksi tapi juga harus ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi si struktur selulernya.
8.      Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah
Dalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan relative rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasan. Sedangkan dalam system JIT manajemen harus dapat memberdayakan para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau member peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut pandangan JIT, peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat meningkatkan produktviitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh. Para karyawan dimungkinkan untuk membuat keputusan mengenai bagaimana pabrik beroperasi.
9.      Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah
System tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai atasan karena fungsi utamanya adalah memerintah para karyawannya untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada system JIT memerlukan keterlibatan karyawan sehingga mereka dapt diberdayakan, maka gaya maanjemen yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai pemberi perintah.
10.  TQC dibanding AQL
TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan pengendalian mutu yang mencakup seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari karena dapat mengakibatkan penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen.
AQL (Accepted Quality Level) dalam system tradisional adalah pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan atau mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.
2.5 JIT Pembelian
Pembelian JIT adalah system pembelian barang berdasar tarikan permintaan sehingga barang yang dibeli dapat diterima tepat waktu, tepat jumlah, bermutu tinggi dan berharga murah. Berdasar system tarikan, barang yang diterma dari pembelian segera digunakan untuk memenuhi permintaan pembeli pada perusahaan dagang atau segera digunakan untuk memeniuhi permintaan produksi pada perusahaan manufaktur. Dengan demikian barang tersebut tidak perlu disimpan di gudang sehingga tercapai persediaan nol.
JIT pembelian dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktifitas pembelian dengan cara :
·         Mengurangi jumlah pemasok
Bagi suatu perusahaan pengurangan jumlah pemasok dapat mengurangi waktu dan biaya bernegosiasi dengan para pemasok.
·         Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
Pengurangan waktu dan biaya bernegosiasi dapat dilakukan karena:
·         Jumlah pemasok menjadi sangat sedikit
·         Kontrak pembelian jangka panjang dengan para pemasok JIT
·         Memiliki konsumen dengan program pembelian yang mapan
o    Rencana pembelian yang matang adapat memberikan informasi kepada para pemasok mengenai persyaratan mutu dan penyerahan barang.
o    Mengeliminasi aktifitas dan biaya yang tidak bernilai tambah
o    Dilakukan dengan penyediaan container yang terpasang di pabrik.
o    Mengurangi waktu dan biaya untuk program pemeriksaan mutu
o    Pemilihan pemasok yang dapat menjamin ketepatan waktu, jumlah, dan mutu barang yang dibeli dapat mengurangi waktu dan biaya untuk pemeriksaan mutu.
2.6 JIT Produksi
Produksi JIT adalah system produksi berdasar tarikan permintaan sehingga produk dapat diproduksi tepat waktu, jumlah, dan bermutu tinggi dengan biaya rendah. Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara :
1.      Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses
2.      Mengurangi atau meniadakan “LEAD TIME” (waktu tunggu)
3.      Mengurangi atau meniadakan “setup”
4.      Menyederhanakan pengolahan produk
2.7 Manufacturing Cycle Efficience ( MCE )
Untuk mengukur apakah biaya yang tidak bernilai tambah telah dapat dihilangkan atau diminimumkan pada setiap tahap produksi, maka perlu dihitung efisiensi siklus manufacturing (MCE).
Persamaan MCE adalah :
MCE =     waktu proses     X  100%
Waktu tenggang
Waktu tenggang  =  Waktu proses + Waktu inspeksi + Waktu gerak + Waktu Tunggu +
Waktu Antri
Besaran MCE adalah : 0 < MCE ≤ 1, artinya MCE lebih besar dari nol dan lebih kecil atau sama dengan satu. Jika waktu tidak bernilai tambah semakin mendekati nol maka besaran MCE akan semakin mendekati satu yang berarti semakin efisien, begitupun sebaliknya. Pada beberapa perusahaan manufacturing, MCE umumnya ± 10 %. Perusahaan manufacturing yang efisien MCE idealnya adalah 100%, artinya tingkat pemborosan pada setiap tahap produksi adalah 0%.
2.8 CONTOH KASUS
Soal 1.
Manajemen PT. Apa Aja Boleh  ingin mengurangi waktu  antara pesanan datang dari konsumen dan ketika pesanan dikirimkan . Untuk operasi kuartal  pertama tahun 2010 , datanya adalah berikut ini :
. Hari
Waktu inspeksi                                                                                                                        0,6
Waktu tunggu( sejak pesanan datang sampai permulaan produksi)                                      28,0
Waktu proses                                                                                                                                       5,4
Move time                                                                                                                                2,0
Waktu antri                                                                                                                             10,0
Diminta  :
1.      Hitunglah throughput  time!
2.      Hitunglah MCE untuk kuartal tersebut diatas!
3.      Analisa !
Jawab ;
1.      Throughput Time = Waktu Proses +  Waktu Inspeksi + Waktu Tunggu + Waktu Gerak
+ Waktu Antri.
Throughput Time = 5.4 + 0.6 + 28.0 + 2.0 + 10.0
= 46
1.      MCE = Waktu Proses / Waktu Tenggang
MCE = 5.4 / 46 x 100%
= 11.7 %
1.      Analisa ; Maka besaran MCE mendekati 0 yang berarti tidak efisien.
Soal 2.
Manajemen PT. Suka-Suka Kamu ingin mengurangi waktu  antara pesanan datang dari konsumen dan ketika pesanan dikirimkan . Untuk operasi kuartal  pertama tahun 2010 , datanya adalah berikut ini :
. Hari
Waktu inspeksi                                                                                                                        0.8
Waktu tunggu( sejak pesanan datang sampai permulaan produksi)                                      3
Waktu proses                                                                                                                          6
Move time                                                                                                                               1.2
Waktu antri                                                                                                                             1
Diminta  :
1.      Hitunglah throughput  time!
2.      Hitunglah MCE untuk kuartal tersebut diatas!
3.      Analisa !
Jawab ;
1.      Throughput Time = Waktu Proses +  Waktu Inspeksi + Waktu Tunggu + Waktu Gerak
+ Waktu Antri.
Throughput Time = 6 + 0.8 + 2 + 1.2 +  1
= 11
1.      MCE = Waktu Proses / Waktu Tenggang
MCE = 6 / 11 x 100%
= 54.5  %
1.      Analisa : Maka besaran MCE mendekati 1 yang berarti efisien.
Perusahaan yang menerapkan Just In Time (JIT)
Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Semua bahan baku dan komponen sebaiknya tiba tepat waktu di lokasi kerja pada saat dibutuhkan. Produk sebaiknya diselesaikan dan tersedia tepat waktu bagi pelanggan disaat pelanggan menginginkannya bukan berdasarkan persediaan yang diantisipasi. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan persediaan yang ada sehingga dapat mengeliminasikan biaya penyimpanan serta sekaligus mengeliminasi perlindungan atas kesalahan produksi dan ketidakseimbangan yang diberikan oleh persediaan sehingga dapat mengurangi pemborosan. JIT juga memperhatikan keseluruhan system produksi sehingga komponen yang bebas dari cacat dapat disediakan untuk tingkat produksi selanjutnya tepat ketika mereka dibutuhkan, tidak terlambat dan tidak terlalu cepat.
PT Astra Honda Motor telah menggunakan JIT untuk operasi perusahaan sejak tahun 1980. Bayangkan jika perusahaan otomotif besar seperti PT AHM yang memiliki biaya produksi yang tinggi, daerah pemasaran yang luas, dan konsumen yang banyak tidak menggunakan Sistem JIT, maka akan terjadi banyak pemborosan. PT AHM dapat menerapkan Sistem JIT lebih maksimal karena dibantu dengan adanya perkembangan teknologi informasi disetiap jalur yang akan melakukan proses perencanaan, produksi, pemasaran, dan pengawasan. Sasaran implementasi JIT yang dilakukan PT AHM yaitu:
1. Persediaan
Sasaran utama dalam penerapan Sistem JIT adalah untuk meminimalisasi persediaan. Dengan adanya persediaan maka akan dibutuhkannya pengeluaran berupa biaya penyimpanan. PT AHM telah berhasil untuk meminimalisasi persediaan yang dimiliki. Kelebihan produksi tidak akan terjadi karena produksi dilakukan berdasarkan permintaan dari pembeli atau pemasok bukan berdasarkan permintaan yang diantisipasi. Produksi yang dilakukan PT AHM berdasarkan informasi dari bagian pemasaran yang menggunakan Enterprise Resource Plannning (ERP) sehingga didapatkan data yang tepat mengenai berapa banyak produk yang akan diproduksi untuk periode selanjutnya dimana setiap hasil produksi langsung disalurkan ke pemasok sehingga meminimalisasi bahkan meniadakan jumlah hasil produksi yang tertahan di gudang persediaan barang jadi dan tentunya akan mengatasi pemborosan.
Apabila terjadi kelebihan produksi maka tentunya kita akan mengeluarkan biaya penyimpanan dan biaya antisipasi jika barang tersebut ternyata tidak laku dijual kemudian mengalami kerusakan karena terlalu lama disimpan di gudang. 

Pesanan untuk pembelian suku cadang dilakukan dengan online sedangkan pemesanan sepeda motor dilakukan melalui faksmili/telepon. Ketika ada pesanan PT AHM akan memasok bahan baku dari vendor yang dilakukan tepat waktu,jadi ketika bahan baku sampai maka akan langsung diproses dan setelah jadi maka akan langsung dikirimkan ke main dealer. Hal ini terbukti sangat ampuh untuk mengurangi persediaan atau over produksi.
2.      Waktu Siklus
PT AHM berhasil memangkas pemrosesan menjadi lebih efisien karena proses produksi dilakukan dalam satu lot. PT AHM memproduksi 1 unit motor dalam waktu 13 menit. Produksi dilakukan dengan mesin sehingga tenaga manusia dialihkan untuk mengawasi dan menganalisis jalannya produksi. Sistem JIT telah memangkas waktu tunggu dan membuat setiap aliran produk menjadi lebih efisien Waktu menunggu terjadi akibat pengaruh kecepatan produksi yang ditentukan misalnya oleh kuota produksi suatu mesin.
Pada PT AHM produksi dilaksanakan dengan seefisien mungkin dan waktu menunggu bahkan tidak ada. Untuk memproduksi satu unit produk hanya membutuhkan waktu 13 menit. Hal ini bisa terjadi karena kemampuan teknologi yang dipakai PT AHM dalam proses produksi. Kemudian dapat disalurkan langsung ke main dealer sesuai dengan pesanan.
Maka dengan dukungan teknologi dan sumber daya yang dimiliki maka tidak akan menimbulkan waktu menunnggu karena semua rangkaian produksi berdasarkan perhitungan yang tepat. Semakin tinggi kecepatan produksi suatu perusahaan maka semakin kecil pula waktu menunggu untuk suatu produk mengalami proses selanjutnya, begitupun sebaliknya.
3.      Perbaikan yang berkesinambungan
PT AHM bisa berkembang dengan pesat karena adanya perbaikan yang berkesinambungan. Kinerja operasional diukur di tiap-tiap bagian dengan mengaplikasikan Bussines Intelligent, software dari Cognos. Pengambilan keputusan atas laporan perkembangan yang berasal dari database akan lebih mudah karena telah terintegrasi dengan sistem yang dimiliki para pengambil keputusan. Pemantauan terjadinya barang cacat dan sejauh mana tahapan produksi yang telah dilalui oleh bahan baku akan lebih mudah terpantau karena setiap bahan baku telah terpasang Bar Code Text. Sistem komputerisasi yang dimiliki PT AHM akan dapat mendeteksi barang cacat sehingga akan segera dilakukan perbaikan terhadap penyebab terjadinya barang cacat dan barang cacat tersebut tidak akan melewati tahapan selanjutnya sehingga tidak ada barang cacat yang akan melewati tahapan selanjutnya. Adanya produk gagal atau barang cacat adalah salah satu bentuk pemborosan terbesar yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur. Apabila barang cacat diketahui terlebih dahulu maka kerugian yang lebih besar dapat dihindari dengan menghentikan produksi dan menemukan penyebabnya serta mencari solusi yang tepat. Perusahaan akan mengeluarkan biaya yang sangat besar apabila barang cacat tersebut tidak terdeteksi selama produksi sehingga sampai ke tangan konsumen dan baru diketahui ketika ada keluhan. Mau tidak mau perusahaan harus menarik/mengganti produk tersebut sehingga dapat dibayangkan besarnya kerugian yang akan dialami, belum lagi citra produk kita di mata konsumen akan merosot dan akan menurunkan permintaan.
4.      Penghapusan pemborosan
Penghaspusan pemborosan dapat dilakukan karena PT AHM telah memenuhi kondisi sebagai berikut:
-          Produksi tidak menyisakan persediaan
-          Waktu tunggu minimum, bahkan hampir tidak ada
-          Minimalisasi biaya terhadap barang cacat 
-          Beban kerja yang seimbang dan merata
-          Tidak ada interupsi karena kehabisan persediaan dan kualitas buruk,
Ternyata tidak selamanya JIT berdapampak positif. Penerapan JIT pada perusahaan manufaktur juga akan menimbulkan dampak negatif apabila:

a.       Pengiriman bahan baku terlambat sehingga terganggunya proses produksi
b.   Kinerja manajer dianggap menurun apabila pengambil keputusan tertinggi masih berorientasi        pada Total Quantity Manufacture
c.    Sistem TI sangat berpengaruh pada sistem keseluruhan produksi mengalami kerusakan atau di hack

Setiap pengambilan keputusan atas perkembangan perusahaan akan memiliki dua dampak yang berbeda dan akan menimbulkan opportunity cost. Yang paling penting dalam penerapan JIT adalah penggunaan persediaan seefisien mungkin dan menghindari pemborosan.